Describe Some Ingredient #22
1. Dashi
Aslinya dashi atau kaldu dibuat
sendiri dengan merebus kombu dashi (potongan rumput laut yang tebal) dan bonito
(serutan halus daging ikan kayu) dalam air sehingga menghasilkan larutan yang
beraroma khas dengan rasa gurih. Kini, banyak dijual dashi berbentuk instan.
Berupa butiran kecil berwarna merah muda yang bisa langsung dilarutkan dalam
air sejumlah yang diperlukan. Dashi jenis ini memang rasanya tak seenak dashi
buatan sendiri. Bisa dibeli di pasar swalayan atau toko bahan makanan Jepang.
Manfaat dashi :
Dengan Dashi kita bisa membuat makanan
lezat dengan rasa Khas jepang 'Umami'. Bahkan ada salah satu sumber yang
mengatakan jika kita sudah mempunyai dashi yang bagus maka kita tidak perlu
membumbui makanan terlalu banyak. Dalam penggunaannnya, dashi sering
digunakan pada bermacam-macam jenis makanan seperti : miso soup, noodle soup,
donburi (nasi kepal / rice ball)
Kandungan gizi dashi :
Amount Per 100 grams
Calories 438
% Daily Value*
Total Fat 14 g 21%
Saturated fat 3.4 g
17%
Polyunsaturated fat 4.5 g
Monounsaturated fat 5 g
Cholesterol 13 mg 4%
Sodium 1,067 mg
44%
Potassium 309 mg 8%
Total Carbohydrate 65 g
21%
Dietary fiber 0.2 g
0%
Sugar 14 g
Protein 17 g 34%
Vitamin A 10%
Vitamin C 1%
Calcium
18% Iron 5%
Vitamin D 0%
Vitamin B-6 5%
Vitamin B-12 5%
Magnesium 14%
Karakteristik dashi :
Karakteristik dashi kental yang
diambil dari potongan ikan herring, makerel (mackerel) kering, kombu, dan
sebagainya.
2. Sake
Orang-orang Jepang sudah lama menikmati
sake, semenjak 2000 tahun silam.
Sake pertama kali dibawa masuk dari Cina,
bersamaan dengan teknik penanaman padi basah. Sekarang, Anda akan dapat
melihatnya di kuil-kuil, pesta-pesta hanami, dan tentu saja meja makan. Tanpa
ragu lagi, budaya sake adalah budaya Jepang! Anda mungkin sudah
menonton film keluaran Studio Ghibli tahun 2016, Kimi no Na Wa. Di salah satu
adegannya, sang tokoh utama terlihat sedang mengunyah beras dan membungkus
'produk akhirnya' di sebuah sake masu kayu (tonton di sini). Setelah beberapa
saat, campuran itu berubah menjadi sake. Nyatanya, kurang lebih adegan ini
menggambarkan bagaimana sake dibuat selama berabad-abad ini! Disebut dengan
istilah 'kuchikami no sake' atau sake yang dikunyah, proses ini mengandalkan
enzim pada air liur manusia untuk memecah pati dalam padi menjadi gula, yang
nantinya membuat ragi berfermentasi menjadi alkohol. Tanpa mengunyah padinya,
mungkin tidak akan ada yang namanya sake!
Penemuan cetakan Koji
semasa Periode Nara (710-794) benar-benar mengubah proses pembuatan sake. Koji
sekarang mengambil alih peran enzim dalam air liur, dan aspek inilah yang
membuat proses pembuatan sake tetap ada hingga sekarang.
Dulu, sake dibuat
sepenuhnya sebagai persembahan untuk para dewa, dan kuil-kuil menjadi termpat
utama pembuatan sake selama berabad-abad (coba pikirkan biara-biara membuat
minuman-minuman beralkohol di Eropa).
Ketika peraturan baru diterapkan pada era
Restorasi Meiji (1868-1912), yang memperbolehkan siapapun dengan sumber daya
yang memadai serta pengetahuan membuka tempat pembuatan sake sendiri, sake
menjadi andalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari di Jepang.
Manfaat sake :
Selain sebagai minuman, sake juga
bermanfaat sebagai bahan masakan. Biasanya sake dijadikan bumbu untuk
memperlezat rasa makanan. Jika OpenRicers mencicipi masakan Jepang tentulah
menemukan rasa yang unik. Hal tersebut dipengaruhi dari pemakaian sake yang
dikombinasi dengan mirin (sake manis). Sake memang menjadi bumbu utama di
setiap masakan Jepang.
Kandungan gizi pada sake :
3. Mirin
Asal-usul
mirin adalah minuman keras yang mahal dengan rasa manis yang sering diminum
pada zaman Edo sebelum orang Jepun meminum minuman jenis sake seperti yang
diminum sekarang ini.
Ada
beberapa pendapat tentang asal usul mirin yang semuanya tidak dapat dibuktikan
kebenarannya:
Mirin
berasal dari minuman keras yang manis berasal Cima disebut meirin yang
diperkenalkan di Jepun pada zaman Sengoku.
Mirin
sudah terdapat sejak zaman dulu di Jepun, asalnya daripada sake yang berasa
manis yang ditambah minuman keras hasil penapaian yang disebut shōchū supaya
tidak cepat busuk.
Penggunaan
perkataan mirin pertama kali ditemui dalam buku catatan harian Komai-nikki yang
ditulis pada tahun 1593, sedangkan cara pembuatan mirin ditemui
dalam Honchō shokkan yang ditulis pada tahun 1695.
Penggunaan
mirin sebagai sos makanan yang dipanggang (kabayaki) bermula sejak
pertengahan zaman Edo.
Manfaat mirin :
Mirin diminum di Jepun sebagai
campuran Shirozake yang diminum pada perayaan Hina Matsuri atau campuran sake
yang diminum dalam tradisi toso untuk mendoakan keselamatan pada hari
pertama tahun baru. Di Jepun, mirin merupakan minuman
keras yang sama seperti bir atau wiski yang
dikenakan lesen minuman keras dan pembuatannya juga memerlukan izin khusus.
Sehingga tahun 1996, mirin hanya boleh dibeli di toko yang mempunyai keizinan
menjual minuman keras, tetapi sekarang boleh dijual di mana-mana saja dan
penjual hanya memerlukan keizinan menjual mirin secara kecil-kecilan.
Mirin-fū (みりん風) adalah barang dapur dengan rasa
seperti mirin, tetapi biasanya mengandungi alkohol di bawah 1 peratus, dibuat
dari cairan gula yang
berasal dari beras (mizu ame) ditambah barang masakan dari bahan kimia. Di
Jepun, mirin-fū tidak dikenakan lesen minuman keras sehingga dapat dijual
dengan harga yang murah. Hon-mirin (本みりん)adalah
sebutan yang sering digunapakai untuk mirin asli, digunakan untuk membezakan
mirin asli dengan mirin buatan.
Kandungan gizi pada mirin :
Mengandung gula sebanyak 40%-50% dan alkohol sekitar 14%.
Karakteristik mirin :
Berwarna kuning, berasa manis, mengandung
gula sebanyak 40%-50% dan alkohol sekitar 14%.
Komentar
Posting Komentar